SiwinduMedia.com – Gubernur Jabar terpilih H Dedi Mulyadi SH MM memberikan motivasi penting kepada Bupati Kuningan terpilih Dr H Dian Rachmat Yanuar MSi, untuk membangun Kuningan lebih baik ke depan.
Motivasi Kang Dedi Mulyadi (KDM) kepada Dian Rachmat Yanuar tersebut disampaikan saat keduanya bertemu dalam silaturahmi penuh keakraban, di Pendopo KDM, Lembur Pakuan Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (12/1/2025).
Seperti dilansir dari Chanel Youtube KDM, tampak Bupati Kuningan terpilih Dian Rachmat Yanuar menyimak seksama berbagai motivasi dan masukan yang disampaikan Dedi. Tak jarang Dedi memberikan pujian terhadap masyarakat Kabupaten Kuningan yang hingga saat ini terpantau masih menjaga adat istiadat daerah, dengan sikap warganya yang ramah.
Mengingat KDM sudah sangat sering berkunjung ke Kuningan untuk berjumpa masyarakatnya, tak heran jika KDM sangat memahami kultur Kuningan, termasuk beragam kebudayaan di dalamnya. Untuk itu, KDM pun siap membangun Kuningan saat dirinya resmi menjabat Gubernur Jabar, tentu saja berkolaborasi dengan Dian selaku saat nanti resmi menjabat Bupati Kuningan.
Mengawali perbincangan itu, Dian menyampaikan laporan jika dirinya bersama Hj Tuti Andriani SH MKn telah resmi ditetapkan oleh KPU sebagai pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kuningan terpilih Periode 2025-2030, hasil Pilkada serentak 2024 lalu. Bahkan Dian menyampaikan Pilkada Kuningan tidak ada gugatan ke MK, meskipun hanya selisih tipis, 2,3%.
“Alhamdulillah Pak Gubernur, (Pilkada Kuningan) tidak ada gugatan. Padahal selisihnya hanya 2,3 persen,” kata Dian disambut kata hebat dari KDM.
Atas tidak adanya gugatan dari 2 Paslon rival Dian-Tuti, yakni HM Ridho Suganda SH MSi – H Kamdan SE dan H Yanuar Prihatin MSi – H Udin Kusnedi SE MSi, KDM memberikan pujian, bahwa kedua Paslon tersebut mempunyai jiwa demokrasi yang sangat tinggi dan patut dihormati.
KDM pun bertanya apakah Dian telah berkunjung kepada kedua Paslon tersebut, dijawab sementara sudah berkomunikasi via chat WA. Dian pun memastikan akan bersilaturahmi secara langsung.
KDM pun mengetahui jika Wakil Bupati terpilih pendamping Dian merupakan adik kandung dari Almarhum mantan Bupati H Acep Purnama SH MH. Sehingga salah satu penunjang kemenangan diraih juga dari sosok adik Acep Purnama itu.
KDM menanyakan, apa yang menjadi problem utama Kabupaten Kuningan. Dian menyampaikan diantaranya akan menyehatkan kembali APBD Kuningan. Disampaikan pula soal infrastruktur jalan yang menurut KDM jalan-jalan di Kuningan tergolong bagus.
Disebutkan Dian, dari 800 KM jalan, 200 KM diantaranya dalam kondisi rusak saat ini yang harus segera diperbaiki. Dedi pun menghitung, jika kebutuhan anggaran perbaikan jalan untuk 1 KM sebesar Rp1 miliar, maka dibutuhkan anggaran sebesar Rp200 miliar untuk perbaikan jalan rusak.
“Ya 2 tahun harus selesai (perbaikan jalan rusak),” pinta Dedi.
Lalu soal irigasi (pengairan, red) untuk kepentingan warga, Dian melaporkan ada sekitar 50% irigasi di Kuningan saat ini sudah tidak berfungsi. Padahal kemiskinan di Kuningan disumbang dari 50% sektor pertanian.
Dedi berpendapat berdasarkan analisanya selama ini, faktor kemiskinan di Kabupaten Kuningan yang terjadi diakibatkan masih banyaknya sawah tadah hujan. Sehingga jika ke depan sistem irigasinya diperbaiki, maka kata Dedi, dalam jangka waktu setahun atau dua tahun ke depan kemiskinan ekstrem di Kuningan bakal menurun.
“Tapi kan orang Kuningan itu Baleunghar (kaya kaya, red). Coba lihat Kuningan. Ini teh salah data, salah penyajian, salah faktor analisis primer sekundernya atau apa?. Kalau berhitung, jalan di Kuningan pada bagus, rumah di Kuningan rata-rata bagus, terus orang Kuningan banyak yang usaha di luar. Tukang bubur kacang orang Kuningan, tukang rokok orang Kuningan, tukang mie rebus orang Kuningan. Pokoknya orang Kuningan mah asal ada lahan kosong, nyelip sedikit diisi saja. Kenapa jadi miskin ekstrem?,” tanya Dedi.
Dian menjelaskan, dirinya akan melakukan clearup data, karena data (miskin ekstrem) di Kabupaten Kuningan masih simpang siur. Dian pun mengaku heran kenapa Kuningan masuk dalam miskin ekstrem. Saat ada pernyataan dari Wapres saat itu, Dian (saat jadi Sekda Kuningan) merasa kaget karena Kuningan masuk miskin ekstrem. Padahal sampai saat ini di lapangan tidak ada kejelasan data tersebut by name by address.
“Makanya kita bikin data baru melalui Sapa Warga. Hari ini kita masih tertinggi nomor 5, dulu bahkan nomor 2,” tutur Dian.
Dedi pun menanggapi, selama dirinya blusukan di tengah masyarakat Jawa Barat, termasuk di Kabupaten Kuningan, di Kuningan itu sepengetahuannya hampir tidak ada daerah kumuh. Apalagi rata-rata warga yang menggelar hajatan itu nganggap pagelaran Wayang Golek dengan Dalang Dadan Sunandar Sunarya.
“Punten, dibanding Purwakarta, Kariyaan (perayaan hajatan / tasyakuran, red) orang Kuningan mah royal. Nanggap Golek yang yang paling banyak itu di Kuningan. Coba saja tanya ke dalang. Makanya sampai sekarang saya berfikir, ini Kuningan miskin ekstremnya itu dimana. Tapi ya sudahlah, itu kan pembelajaran,” ujar KDM.
Dalam soal pendidikan, KDM menargetkan lamanya sekolah anak-anak di Jawa Barat harus 12 tahun. Sehingga harus ada percepatan ke depan, khususnya bagi daerah terpencil untuk adanya penambahan sekolah, semisal SMP ditambah lagi 3 tahun.
“Tidak apa-apa pagi si anak ngangon, siangnya sekolah. Kan yang penting target kita sekolah, tidak mempersoalkan jam belajar. Sehingga sekolah tetap produktif, anak-anak pun bisa membantu orang tua yang bekerja. Untuk apa? Agar anak-anak lama di sekolah, tidak menikah saat masih anak-anak,” kata KDM, seraya menyebut salah satu faktor kemiskinan ekstrem di Kuningan mungkin saja akibat masih banyaknya pernikahan yang tergolong masih remaja.
Lalu soal pariwisata, KDM menyebut perkembangan pariwisata di Kabupaten Kuningan semakin pesat. Apalagi dengan ditunjang jalan yang bagus, sehingga kunjungan wisata juga tinggi. Maka dari itu, menurut KDM ke depan harus dibuat branding Kuningan, diantaranya membuat gapura, pagar sekolah, pagar kantor Bupati dan kantor-kantor pemerintahan dengan bangunan berciri khas Kabupaten Kuningan.
“Kan Kuningan itu Gunung Ciremai, Julang Ngapak. Tritangtu Diabuana. Terus icon selain Kuda Kuningan, kan ada Ikan Dewa. Ikan Dewan sekarang sudah menjadi komoditas, dikembangkannya malah bukan di Kuningan, tapi di Bogor, di Bandung. Harganya 1 kilo 3 juta. Jadi, gak apa-apa yang di Cibulan (Ikan Dewa) disakralkan, tapi diluar itu mah harus dibudidayakan,” saran KDM kepada Dian.
Tak hanya itu, dalam bincang-bincang tersebut, KDM juga menyampaikan masukan sejumlah poin penting soal karakter daerah, termasuk karakter masyarakat Kabupaten Kuningan yang masih terjaga dengan baik, sehingga kearifan lokal Kuningan dapat mendukung penuh kinerja Pemkab Kuningan itu sendiri, terlebih kinerja Pemprov Jabar di bawah kepemimpinan Dedi Mulyadi ke depan.