SiwinduMedia.com – Awalnya Ropiah (46) menjalankan usaha kerupuk hanya mengisi waktu luang saja. Lalu terlihat ada peluang untuk dijadikan sebagai usaha tambahan perekonomian rumah tangga, dan akhirnya mulai menemui kemajuan menuju sukses.
Diwawancarai SiwinduMedia.com, Jumat (14/4/2023), Ropiah yang berada di Blok Kaliwon, Desa Cilaja Kecamatan Kramatmulya, menceritakan sejarah usaha kerupuknya dari mulai nol. Dimulai September 2019, dengan serius Ia membuka usaha, setelah sebelumnya hanya untuk mengisi waktu saja. Dengan modal awal Rp2 juta, Ia belajar membuat kerupuk secara otodidak.
Banyak tantangan berat, dan bahkan kegagalan. Begitulah yang dihadapi Ropiah setiap hari di awal-awal usahanya itu. Kini Bagian-bagian dari rumahnya, di sulap menjadi tempat produksi kerupuk.
Dalam menjalankan usahanya ini, Ropiah dibantu suami dan tetangga di sekitar rumahnya.
“Untuk bagian cetak kerupuk, saya sama suami yang mengerjakan. Sementara untuk tetangga, saya perbantukan untuk membersihkan bahan kerupuk,” papar Ropiah.
Cuaca hujan jadi kendala utama dalam usaha milik Ropiah. Karena pembuatan kerupuk ini sangat tergantung dengan proses penjemuran matahari. Untuk mengatasi ini, Sukarta (57), suami Ropiah, mempunyai ide untuk membuat sebuah oven sederhana berukuran 120 cm x 70 cm.
“Bahan-bahan hanya kayu kaso buat rangka, seng buat penutup, besi ukuran 7 buat rak-raknya. Dan untuk pengapian oven memakai tabung gas LPG 3 kg,” terang Sukarta.
Setelah berjalan 4 tahun, usaha kerupuk rumahan ini sudah mempunyai pelanggan di Wilayah 3 Cirebon (Kuningan, Cirebon, Majalengka, Indramayu), bahkan sampai ke luar kota seperti Bandung, Jambi, Bengkulu sampai Medan. Pemasaran usaha kerupuknya ini masih konvensional dengan sistem reseller.
“Kita sengaja tidak menjual via online, karena ditakutkan tidak terkejar untuk produksinya, apalagi cuaca sekarang masih turun hujan. Produksi menggunakan oven hasilnya terbatas. Kalau mau mengejar hasil produksi sama di saat cuaca panas, harus menambah minimal satu oven lagi. Sementara tempat sudah sempit dan modal yang terbatas,” tutur Ropiah.
Untuk pengembangan usahanya ke depan, lima bulan yang lalu Ropiah dan suami telah mengajukan untuk sertifikat Halal dan Merk Dagang melalui pihak Pemerintahan Desa Cilaja. Pihak Pemdes pun telah meresponnya dengan baik.
“Setelah semuanya beres, saya berharap adanya bantuan modal lagi seperti bantuan UMKM disaat pandemi Covid-19,” harap Ropiah diamini suaminya.