Siwindumedia.com – Polemik pengelolaan Obyek Wisata Waduk Darma rupanya meninggalkan berbagai masalah pada destinasi wisata populer di Jawa Barat tersebut.
Objek wisata Waduk Darma Kuningan kini sedang mengalami polemik. Sempat dikelola oleh PDAU Kuningan, namun dalam perjalanannya pihak Pemprov Jabar melalui Dinas SDA justru memberikan peringatan sangat keras kepada PDAU untuk melepas Waduk Darma. Bahkan peringatan dalam surat resmi yang baru-baru ini pula terjadi, PDAU dituding telah melakukan pungutan liar (Pungli) terhadap tiket masuk dan parkir kendaraan pengunjung.
Atas hal itu, Bupati pun sedikit menyentil Pemprov Jabar agar menghargai Pemda Kuningan yang selama ini mengelola OW Waduk Darma. Bupati pun berjanji akan terus berupaya supaya pengelola resmi OW Waduk Darma diberikan kepada Pemda Kuningan.
Saat ini pengelolaan masih oleh Pemprov Jabar melalui PT Jaswita, dengan personel oleh pihak masyarakat Desa Jagara.
Waduk Darma adalah sebuah danau yang terletak di sebelah barat daya Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Tepatnya berada di Desa Jagara, Kecamatan Darma. Sumber air Waduk Darma berasal dari beberapa sungai, di antaranya Sungai Cisanggarung, Cinangka, Cikalapa dan Cireungit.
Kini, Waduk Darma menjadi sumber air yang sangat penting bagi masyarakat Kuningan khususnya. Selain untuk mengairi irigasi untuk ribuan hektare lahan pertanian, air dari Waduk Darma juga digunakan untuk kebutuhan PDAM. Bahkan, kini Waduk Darma menjadi salah satu destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi.
Sebagaimana dilansir dari priangantimurnews, Objek Wisata (OW) Waduk Darma Kuningan, yang kini memiliki tampilan lebih eksotis dengan berbagai fasilitas baru di dalamnya dirintis oleh Belanda pada Tahun 1922 pada saat para wali Allah datang ke darma, dulunya sebuah situ atau danau kecil sebagai kawasan pesawahan dan juga pemukiman penduduk.
Waduk Darma merupakan titik temu antara Desa Darma, Jagara, Sakerta, Paninggaran, Cipasung, Kawah Manuk dan Parung. Di tengah tengah Waduk Darma terdapat mata Air Cihanyir, dan di sebelah utara Waduk Darma terletak Gunung Ciremai.
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar dahulu saat para wali masih hidup. Waduk Darma merupakan bendungan atau situ besar yang dibuat oleh Embah Satori atau Embah Dalem Cageur,
Air yang mengairi Waduk Darma berasal dari mata air Cihanyir yang berasal di tengah pulau Waduk Darma dan dari Hulu Sungai Cisanggarung.
Tujuan Embah Dalem Cageur membuat Situ Waduk Darma untuk tempat bermain putranya bernama Pangeran Gencay. Selain dari itu Embah Dalem Cageur juga memiliki hobi memelihara ikan.
Dalam proses pembuatan situ, Embah Dalem Cageur tidak sedikit mengerahkan tenaga para kurawanya, sehingga memerlukan jamuan atau hidangan yang cukup banyak dikeluarkan untuk menjamu para pekerjanya.
Menurut cerita untuk memasak nasi Embah Dalem Cageur memilih satu bukit yang berada di sekitar Desa Darma kawah Manuk yang kini di kenal sebagai bukit Pangriutan.
Menurut saksi hidup jamuan untuk para pekerja di saat proses pembuatan situ sampai saat ini ada peninggalannya berupa tumpukan tanah berbentuk nasi tumpeng.
Bahkan sejak dulu hingga sekarang tumpukan tanah berbentuk tumpeng tidak pernah hilang walau pun sudah dirusak manusia dan digenangi air selama puluhan tahun tetap masih ada.
Embah Dalem Cageur setelah membuat situ juga membuat sebuah perahu terbuat dari kayu jati dengan ukuran cukup besar.
“Ukuran perahu menurut penduduk yang pernah menginjak disaat Waduk Darma disurutkan tahun 1972 diperkirakan panjangnya 20 x 7 meter.”katanya dikutip dari lebakherang Minggu 19 Februari 2022.
Embah Dalem Cageur membuat Perahu untuk bermain atau berlayar anaknya bernama Pangeran Gencay.
Perahu yang sudah selesai dibuat terus digunakan untuk bermain bersama teman temanya bahkan tidak mengenal waktu perahu digunakan siang mau pun malam.
Sementara penduduk hanya menonton Pangeran Gencay sambil menabuh berbagai gamelan, yang kini namanya disebut Muncul Goong.
Di suatu hari memang yang namanya takdir tak dapat dipungkiri dan malang tidak bisa dihadang.
Pada satu malam saat bulan purnama, pangeran Gencay bersama para pengasuhnya yang sedang bersenang senang menaiki perahu buatan ayahnya karam tenggelam di tengah tengah situ yang sekarang bernama Waduk Darma.
Pada saat kejadian itu jerit tangis dan ratapan pun tidak dapat ditahan. Sehingga kedukaan Embah Dalem Cageur pun tak dapat dilukiskan.
Saking kecewanya sejak kejadian itu Embah Dalem Cageur memerintahkan situ itu harus dibobolkan dan tidak boleh diairi lagi. Karena ia menilai kelak akan membahayakan anak cucu.
Setelah jenazah pangeran Gencay ditemukan dan dibawa ke satu tempat yang kini bernama Munjul atau menonjol, Bangle adalah bangkai.
Adapun tempatnya bermain Pangeran Gencay, oleh penduduk diberi nama labuhan bulan, karena perahunya tenggelam tepat saat bulan Purnama.
Sedangkan pada jaman Belanda seluruh tanah yang akan dijadikan Waduk Darma dibeli secara tunai oleh Belanda, hal itu terjadi pada tahun 1939 dengan perhitungan tanah rakyat dibeli seharga 100 persen.
Untuk kekayaan desa di beli 2/5 persen sedangkan tanah bengkok dibeli seharga setengah normal harga pada saat itu.
Pada saat itu Jepang sudah menguasai Indonesia sampai proyek Waduk Darma dihentikan untuk sementara.
Namun pada tahun 1954 Presiden Soekarno turun tangan untuk proyek pembuatan Waduk Darma. Kemudian dilanjut dengan proses pembebasan tanah diselesaikan pada 1961.
Demikianlah deretan kisah asal usul Waduk Darma Kuningan.