SiwinduMedia.com – Kepala Desa Jatimulya Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan, Ahmad Jayadi SKom, mengimbau dengan tegas kepada seluruh warga di desanya untuk menolak politik uang, termasuk dari para Calon Anggota Legislatif (Caleg) yang hanya datang 5 tahun sekali.
Imbauan tersebut disampaikan Ahmad Jayadi melalui kanal Youtube Kang Didi Ajay, Minggu (18/5/2023). Dari kanal Youtube yang sudah ditonton 150 lebih itu, Ahmad Jayadi mengajak masyarakat untuk tetap menjaga keamanan, ketertiban dan kenyamanan di Dusunnya masing-masing, terlebih saat ini sudah masuk tahun politik.
“Saya Ahmad Jayadi, Kepala Desa Jatimulya, mengimbau kepada seluruh masyarakat Jatimulya, dikarenakan tahun ini adalah tahun politik, dimana kegiatan-kegiatan politik akan banyak ke desa-desa. Maka dari itu, saya selaku Kepala Desa mengimbau kepada seluruh tokoh, seluruh masyarakat untuk tetap menjaga keamanan, ketentraman dan ketertiban di Dusunnya masing-masing,” imbau Jayadi.
“Dan saya mengimbau juga kepada tokoh-tokoh yang sedang berpolitik, setiap kegiatan-kegiatan yang berbau politik dari partai apapun dan dari Caleg manapun, wajib melaporkan kegiatan tersebut kepada Pemerintah Desa satu hari sebelumnya. Dengan tujuan apa?, dengan tujuan menghindari dari beberapa konflik sosial yang ada di bloknya masing-masing. Itu tujuan kami,” imbuhnya.
Kades Ahmad Jayadi juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat, agar dapat memilih calon anggota dewan yang punya integritas dan yang peduli terhadap semua masyarakat. Jangan sampai masyarakat hanya dijadikan korban, hanya dibodohi, hanya dibohongi oleh anggota-anggota dewan yang saat ini menjabat, dalam hal ini yang suaranya besar (pada Pileg 2029) di Desa Jatimulya, tetapi tidak pernah ada kontribusi sama sekali.
“Maka dari itu, perlu masyarakat Jatimulya ketahui bahwa gaji anggota dewan Kabupaten Kuningan itu kurang lebih di angka Rp40 juta ke atas. Gaji dan tunjangan lain-lain. Disitu juga anggota dewan itu ada reses, yang mana per 4 bulan sekali wajib menemui konstituennya. Salah satunya yaitu warga Jatimulya,” tutur Jayadi.
“Kita ketahui bersama, sekarang anggota dewan manapun yang sudah mendapat suara besar di Desa Jatimulya, mereka tidak ada kontribusi sama sekali, mereka tidak pernah ada silaturahim, tidak pernah mengunjungi Jatimulya, padahal anggarannya ada Pak, Bu, 4 bulan sekali, dan itu dibiayai oleh Negara, bukan duit pribadi,” tambahnya.
Selain itu juga, lanjut Jayadi, anggota dewan itu mempunyai aspirasi, yang dimana tahun kemarin (2022, red) anggarannya sekitar di angka Rp700 juta sampai Rp1 miliar. Untuk tahun ini naik, menjadi Rp1 miliar lebih. Tujuannya untuk apa?, kata Jayadi, aspirasi itu anggarannya dibebaskan.
“Duit Negara yang diberikan kepada per satu anggota dewan itu rata-rata di Rp1 miliar. Itu ada anggarannya dan itu bebas, mau untuk membangun jalan kah, mau untuk membangun saluran air kah, mau berupa sembako gak, mau berupa ternak, itu bebas,” sebutnya.
Untuk saat ini, kata Jayadi, dirinya sudah mencoba berkomunikasi dengan beberapa anggota dewan dan meminta untuk bersama-sama membangun Jatimulya agar Desa Jatimulya maju. Karena di desanya masih ada jalan dan saluran air yang belum rapi. Namun dengan nada kecewa, Ahmad Jayadi menyampaikan anggota dewan yang mendapat suara banyak di desanya pada Pileg 2019 lalu, tidak ada kontribusi sama sekali ke desanya.
“Alhamdulillah, anggota dewan yang mendapatkan suara besar di Jatimulya, tidak ada kontribusi sama sekali untuk pembangunan yang sangat bermanfaat untuk masyarakat,” ungkap Jayadi tanpa menyebut siapa saja anggota dewan Dapil 3 yang mendapat suara banyak dari desanya itu.
Maka dari itu, menurut Jayadi, masyarakat harus cerdas dan jangan mau dibohongi serta jangan mau ditipu. Saat ini disebutnya, ada bagi-bagi sembako, yang padahal dari dulu menghilang dan sekarang menjelang pemilihan tiba-tiba ada bagi-bagi sembako gratis dengan alasan peduli terhadap Jatimulya.
“Jangan, itu pembodohan Pak, Bu, yah,” ujar Jayadi seraya mengingatkan masyarakatnya untuk tidak tergiur dengan bagi-bagi sembako tersebut.
Ahmad Jayadi juga mengimbau kepada seluruh masyarakat Jatimulya untuk menolak politik uang. Ia mengibaratkan jika masyarakat hanya menerima uang Rp50 ribu, itu pun diberikan hanya 5 tahun sekali. Maka berarti masyarakat hanya dibayar Rp10 ribu per tahun oleh anggota dewan.
“Dan 10 ribu itu dibagi lagi, dibagi 12 bulan, cuma berapa Pak, Bu. Begitu murah harga diri kita bersama kalau kita memilih anggota dewan yang memberikan uang hanya 5 tahun sekali, dan memberikan sembako hanya 5 tahun sekali,” sindirnya.
Makanya, lanjut Jayadi lagi, Ia kembali mengimbau kepada masyarakat Jatimulya, untuk menjadi pelopor, menjadi masyarakat yang cerdas. Ia mengajak kepada seluruh masyarakat Jatimulya untuk bersama-sama memberikan contoh kepada desa-desa lain, bahwa masyarakat Jatimulya adalah masyarakat yang cerdas, masyarakat yang menolak politik uang, masyarakat yang tidak mau dibodohi oleh anggota-anggota dewan yang hanya datang 5 tahun sekali.
“Anggota dewan harus kita kasih pelajaran Pak, Bu, biar mereka mandiri, biar mereka tahu diri, biar mereka bertanggung jawab memberikan semua anggaran-anggaran yang sudah dianggarkan oleh pemerintah untuk membangun desa-desa, untuk mensejahterakan rakyatnya, yang menjadi konsekuen, yang menjadi basis suaranya. Jadi, himbauan saya seperti itu,” imbaunya lagi.
Jika ada masyarakat yang melakukan kegiatan politik di bloknya masing-masing, baik itu Manis, Pahing dan Puhun tanpa ada laporan kepada Pemerintah Desa, Jayadi mengimbau untuk (kegiatan tersebut) dibubarkan.
“Saya yang bertanggung jawab, karena kenapa?, karena itu bertujuan untuk menghindari gesekan, konflik, dan menjaga keamanan, ketertiban, dan kenyamanan masyarakat. Jangan mau dibodohi oleh oknum-oknum yang mencari keuntungan pribadi,” tega Jayadi.
“Itu himbauan dari saya, mudah-mudahan masyarakat Jatimulya bisa bahu membahu menjadi masyarakat yang cerdas menolak politik uang, menolak anggota dewan yang hanya 5 tahun sekali,” imbuhnya.
Di akhir pernyataannya dalam kalanl Youtube yang sudah masuk dalam grup WA anggota dewan ini, Jayadi mengucapkan terima kasih banyak atas himbauan-himbauan tersebut, dan permohonan maaf apabila bahasanya ada yang kurang berkenan. Karena menurutnya, itu semata-mata dirinya ingin Jatimulya sebagai desa perbatasan menjadi Desa yang maju, Agamis dan sejahtera.
“Saya yakin dan saya tidak bisa mengangkat tema ini tanpa dukungan dari masyarakat semua. Dan saya punya keyakinan masyarakat Jatimulya adalah masyarakat yang cerdas, masyarakat yang tidak bisa dibeli oleh uang, masyarakat yang tidak bisa ditukar dengan sembako, masyarakat yang tidak bisa dibodohi oleh anggota dewan yang hanya datang 5 tahun sekali,” tanda Jayadi.
“Kita harus kasih pelajaran kepada anggota dewan anggota dewan yang seperti itu, Pak, Bu, yah. Itu saja, kurang lebihnya mohon maaf,” imbuhnya.