Siwindumedia.com – Memasuki musim panen, para petani ubi di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat mulai mengeluhkan langkanya ketersediaan pupuk subsidi. Sedangkan sebagai gantinya petani tidak sanggup dengan pupuk nonsubsidi yang harganya mahal.
Keluhan tersebut disampaikan oleh Kamsudin (30), salah satu Petani Ubi dari Desa Cimaranten, Kecamatan Cipicung, Kabupaten Kuningan. Menurutnya, kelangkaan pupuk bersubsidi ini selalu terjadi setiap tahunnya. Para petani ubi seringkali dibuat pusing ketika memasuki masa panen.
Kadang kala mereka terpaksa membeli pupuk nonsubsidi, meskipun harganya yang mahal. Menurut Kamsudin, menggunakan pupuk nonsubsidi, biaya sarana prasarana produksi yang dikeluarkan para petani bisa meningkat, dampaknya pun pendapatan petani berkurang.
“Dengan menggunakan pupuk non-subsidi, ada biaya tambahan untuk sarana prasarana produksi yang dikeluarkan para petani sehingga berdampak pada berkurangnya laba para petani disaat panen ubi”. ujarnya pada Jumat (07/06/2023).
Meskipun pupuk bersubsidi sudah tersedia dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), akan tetapi jumlah ketersediaannya tidak dapat memenuhi kebutuhan para petani, sehingga berdampak pada penurunan kualitas ubi saat panen.
Selain itu, untuk mendapat pupuk nonsubsidi yang disediakan pemerintah dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), para petani harus terdaftar terlebih dahulu sebagai anggota Gapoktan.
Banyaknya persyaratan bagi petani yang ingin mendapatkan pupuk subsidi tersebut, membuat petani mulai kehilangan kesempatan untuk mendapat jatah pupuk subsidi. Sedangkan untuk beli pupuk nonsubsidi harganya mahal.
Sehingga pada akhirnya, mau tidak mau para petani harus membeli pupuk nonsubsidi untuk memenuhi kebutuhan pupuk mereka, walaupun harganya lebih mahal dari pupuk subsidi.
Terkait permasalahan mahalnya harga pupuk non-subsidi, menurut Rina (36) Bacaleg DPRD Dapil 3 Kabupaten Kuningan dari Partai Golkar, mengatakan bahwa hal itu merupakan mekanisme pasar yang disebabkan oleh naiknya harga obat pertanian dan langkanya pupuk bersubsidi.
“Hal tersebut merupakan mekanisme pasar, di pasaran hampir semua jenis pupuk non-subsidi mengalami kenaikan harga, kenaikan tersebut dipengaruhi oleh harga obat-obat pertanian yang mengalami kenaikan serta terbatasnya pupuk bersubsidi untuk para petani salah satunya adalah disebabkan alokasi dari pemerintah juga terbatas” ujar Rina saat kunjungannya menemui para Petani ubi di Desa Cimaranten, Kecamatan Cipicung, Kabupaten Kuningan, Jumat (07/06/2023).
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan langkanya pupuk bersubsidi ini, Rina berpendapat bahwa pentingnya koordinansi yang lancar antar stakeholder agar dapat mengurai masalah tersebut.
“Harus adanya koordinasi antar stakeholder yang terkait dengan permasalahan ini agar dapat mengurai masalah yang kerap dialami petani di Kabupaten Kuningan, mulai hulu sampai hilir,” Kata Rina.
“Kondisi saat ini harus kita harus lebih mampu cermati, hingga nanti di lapangan dapat meminimalisir permasalahan yang dapat memberatkan kepada petani,” sambungnya.