SiwinduMedia.com – Untuk generasi 76-80-an, radio menjadi media yang murah dan merakyat yang banyak dimiliki oleh masyarakat pada era itu. Ketika TV dan Internet belum booming, siaran dongeng radio menjadi salah satu acara yang paling ditunggu oleh masyarakat.
Mendengarkan dongeng radio menjadi aktifitas rutin bagi warga di sela istirahat malam. Untuk wilayah Kuningan khususnya, dongeng yang menjadi favorit waktu itu yakni Dongeng enteng Mang Jaya.
Semua kalangan waktu itu, menjadi penikmat dan tidak lepas dari dongeng Mang Jaya. Siaran radio dongeng Mang Jaya menjadi media hiburan yang murah meriah. Wajah Mang Jaya sebagai pendongeng kala itu, hanya menjadi bayangan bagi para pendengarnya. Apakah sosoknya gagah dan kasep (ganteng, red) atau hanya bagus dalam suaranya saja.
Mang Jaya merupakan maestro dongeng sunda senior, yang melestarikan Bahasa Sunda dalam bentuk cerita atau dongeng dengan latar kehidupan masyarakat Sunda dengan nilai-nilai adat istiadat Sunda. Ia adalah legenda hidup yang banyak memberikan pesan moral dalam setiap interaksi kehidupan sosial dari setiap cerita yang disampaikannya.
Lahir di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, 25 Agustus 1945. Mang Jaya merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Warsih dan Jamsari. Kuswadijaya Jamsari, itulah nama lengkap dari sosok Mang Jaya.
Tahun 1951 atau di usia 6 tahun, Mang Jaya masuk Sekolah Rakyat (SR) kalau sekarang setara dengan Sekolah Dasar. Dalam perjalanan pendidikan SR, Mang Jaya dibawa kedua orang tuanya ke Bandung dan lulus pada tahun 1957.
Tahun 1960 lulus sekolah di tingkat pertama, di SMP BPI Bandung. Masuk jenjang menengah atas, Mang Jaya melanjutkan ke SMA 5 yang berlokasi di jalan Belitung, Bandung dan lulus di tahun 1963.
Sempat masuk kuliah di Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung, Mang Jaya mengambil Jurusan Ekonomi. Pada tahun 1965-an, banyaknya demo waktu itu, mengganggu proses belajar sampai akhirnya drop out dari UNPAD.
Mang Jaya mulai berkecimpung di dunia siaran radio pada tahun 1968, saat itu sudah mulai bermunculan radio-radio amatir. Mang Jaya pada waktu itu masih sebagai penyiar biasa, belum membawakan siaran dongeng.
Mang Jaya menikah tanggal 7 September 1970, dengan mojang asli Bandung bernama Tati. Dari pernikahannya itu ia dikarunia tiga orang anak.
Sekitar tahun 1976, Mang Jaya memutuskan untuk pindah ke Kuningan dan mendirikan radio sendiri, yang sampai sekarang kita kenal dengan PT Radio Siaran Linggarjati Utama (Rasilima). Dari sini juga awal mula Mang Jaya, mulai membawakan dongeng dalam siaran radionya.
Hampir 55 tahun Mang Jaya, menggeluti dunia siaran radio dan menjadi pendongeng. Sudah tidak terhitung lagi, berapa judul cerita yang sudah pernah Mang Jaya bawakan.
Saat SiwinduMedia.com, berkunjung ke PT Radio Siaran Linggarjati Utama (Rasilima). Terlihat ratusan mungkin mencapai ribuan dari barisan kaset pita, rekaman dongeng Mang Jaya tersusun rapi di salah satu ruangan.
Di usianya yang sudah sepuh, 78 tahun tepatnya. Konsistensi dan pengabdian Mang Jaya untuk dunia dongeng terutama cerita Sunda masih terus dilakukan. Untuk era digital sekarang ini contohnya, dibantu oleh Denni Baharinugraha putra bungsu nya. Mang Jaya masih semangat untuk tetap berkreatifitas di dunia dongeng.
Kepada SiwinduMedia.com, Kamis (22/6/2023), Denni menyampaikan dirinya dan team hanya memikirkan agar hasil dongeng enteng Mang Jaya yang berupa kaset, bisa dirubah dengan lebih ringkas ke format digital.
“Dan dalam proses perjalanan itu, kami akhir nya memutuskan untuk membuat Channel YouTube Mang Jaya Official,” ujar Denni.
Lebih lanjut Denni menjelaskan, dengan hadir nya channel YouTube Mang Jaya Official. Budaya tutur dalam bahasa Sunda ini bisa terus dinikmati.
“Baik untuk yang dulu pernah mendengarkan Dongeng Enteng Mang Jaya saat masih melalui siaran radio maupun sekarang mungkin bisa dinikmati juga oleh para pecinta budaya Sunda yang masih muda,” harap Denni.
Dalam perjalanan waktu yang cukup lama menekuni dunia dongeng, dengan segala bentuk gagasan dan ide kreatif, Mang Jaya curahkan untuk satu tujuan yakni keberlangsungan seni sunda dalam hal ini dongeng Sunda.
Untuk itu, dalam rangka perlindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dongeng Enteng Mang Jaya sudah didaftarkan di Dirjen Kekayaan Intelektual, Kementrian Hukum & Ham Republik Indonesia pada tanggal 18 Januari 2021.
Atas kiprahnya yang turut serta dalam melestarikan seni Sunda, Mang Jaya banyak mendapat penghargaan dari berbagai kalangan. Tahun 1981 mendapat penghargaan dari Bupati Kuningan waktu itu, Undang Sunarjo atas jasa-jasa Mang Jaya untuk turut serta menyebarluaskan program pembangunan daerah.
Mendapat penghargaan Lifetime Achievement tahun 2017, di acara Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Award Jawa Barat. Tahun 2019, Organisasi Komunitas Warga Kuningan (KWK) Award, memberikan penghargaan kepada Mang Jaya sebagai pelestari Bahasa Sunda.
Mendapat anugrah budaya dari Dewan Kebudayaan Kabupaten Kuningan tahun 2021, untuk bidang jasa Miheman Basa dan Sastra Sunda dari cerita lisan.
Masih di tahun yang sama, Mang Jaya kembali mendapat anugrah budaya dari Bupati Kuningan, Acep Purnama SH MH, sebagai pelestari Bahasa dan Sastra Sunda melalui cerita lisan.
Atas berbagai penghargaan yang telah diberikan buat Mang Jaya, Denni merasa ini karena jerih payah, perjuangan dan pengabdian dari Bapak (Mang Jaya, red) atas profesi yang ditekuninya.
“Alhamdulillah apa yang dilakukan Mang Jaya selama puluhan tahun mendapat Apresiasi dari berbagai pihak,” pungkas Denni.