SiwinduMedia.com – Ketua DPC Partai Gerindra sekaligus Wakil Ketua DPRD Kuningan, H Dede Ismail, memberi tanggapan terkait dirilisnya hasil survei Jamparing Research terhadap pilihan masyarakat Kuningan untuk Capres dan elektabilitas Parpol, yang akan ‘makalangan’ di Pemilu serentak 2024 mendatang.
Mengawali komentarnya, Dede Ismail sangat mengapresiasi atas kerja keras putra-putra daerah yang tergabung dalam Jamparing (Jaringan Pembelajar Masyarakat Kuningan), yang telah melaksanakan penelitian beserta survei. Ia pun menyampaikan ucapan selamat atas ulang tahun Jamparing ke-5, sekaligus merilis hasil survei yang digelar di Gedung IPHI Kuningan, Jalan Ir H Juanda, belakang RS Juanda, Sabtu (8/7/2023).
Terkait hasil survei Jamparing tersebut, menurut Dede belum bisa jadi tolak ukur yang sesungguhnya. Sebagai pertimbangannya mempermasalahkan survei itu, karena sampling responden masih acak.
“Bisa saja yang disamplingnya itu pemilih di tingkat perkotaan yang mungkin sudah mengenal salah satu Capres,” tuding Dede Ismail, saat menghubungi SiwinduMedia.com, Sabtu malam ini.
Dari survei Jamparing yang terkait elektabilitas Parpol berdasarkan level Caleg di Kuningan misalnya, Ia mempersoalkan elektabilitas Partai Gerindra yang hanya mendapat pilihan sebanyak 9,50% saja, terpaut sangat jauh dari PKS yang memperoleh sebanyak 16,33%. Ditambah lagi urutan PDI Perjuangan teratas dengan raihan 18,17%.
“Sedangkan kita ketahui bersama, kerja partai itu kan ada. Jadi, saya meragukan hasil survei dari Jamparing. Sehingga Insya Allah nanti bulan depan, Gerindra akan menggunakan survei pembanding untuk survei elektabilitas Parpol, termasuk elektabilitas Capres. Kenapa?, kami khawatir (survei Jamparing) ini akan menyesatkan, gitu lho,” ujar Deis, sapaan akrabnya.
Deis mengaku khawatir, dengan adanya rilis hasil survei Jamparing tersebut, terlebih tidak ada survei pembanding seperti di survei-survei tingkat nasional, justru akan menggiring opini negatif di masyarakat.
“Logikanya, semua Parpol mempunyai kalkulasi atau hitungan sendiri. Saya tidak pernah mempercayai survei ini (Jamparing, red), karena kan berdasarkan pengalaman dulu juga yang 2019 kan meleset gitu. Kemudian kerja partai saat ini kan semua Parpol bekerja keras,” sebut Deis.
Terus, lanjut Deis, dari Bakal Caleg yang dijaring Parpol, masing-masing punya sudut pandang. Dalam hal ini Partai punya unggulan Caleg masing-masing. Sehingga, kata Deis, belum tentu juga hasil survei itu benar.
“Makanya kita akan menggunakan survei nasional. Kan metodenya juga mungkin berbeda. Supaya ada pembanding dan sekaligus nanti uji materi dari sistem survei yang sekarang dilakukan oleh Jamparing, itu ada pembanding dari survei yang levelnya tingkat nasional,” sebutnya lagi.
3 bulan yang lalu, masih kata Deis, Partai Gerindra secara internal telah melakukan survei. Hasilnya, suara partainya di Kuningan mencapai 16% lebih, atau ada di posisi kedua setelah PDIP. Sementara hasil survei Jamparing hari ini menempatkan partainya di posisi ketiga, dengan raihan cukup jauh dari PKS dan PDIP.
“Kalau di Jamparing sekarang ketiga, dulu memang keempat hasil survei Jamparing. Sekarang ketiga, tapi kan jauh sekali itu. Kalau misalkan di urutan 9%, berarti kita gak bakalan nyampe 5 kursi. Jadi kan logikanya gak masuk akal. Sekarang kan misalkan PKS 7 sama-sama kursinya dengan Gerindra, sama-sama punya kader militan. Tapi hasil surveinya ini kan jauh. Kalau PKS sudah mencapai angka di hampir 17%, berarti sudah 9 kursi, hampir mirip-mirip dengan PDI Perjuangan,” tutur Deis berargumen.
Partai Gerindra sendiri berdasarkan hasil survei Jamparing, sebut Deis, baru mencapai 8-9%, sehingga bila dibagi 50 kursi, itu hanya akan mendapatkan 5 kursi saja, itupun belum sampai.
“Sama halnya dengan Partai-Partai lain, kan mereka juga punya kerja. Contoh, misalkan kaya kita nih, ada ketokohan pengusaha, ada lagi ketokohan yang lainnya. Makanya saya tidak akan menggunakan survei Jamparing. Nah, untuk nanti bahan pertimbangan, kita akan menggunakan survei tingkat nasional, sehingga nanti bisa jadi pembanding metode survei yang dilakukan dari survei yang levelnya tinggi atau nasional, dengan yang survei Jamparing,” ujar Deis.
“Berikutnya, terkait Capres. Itu kan jauh sekali, 48 dengan 27. Padahal kita turun ke lapangan, itu Pak Prabowo masih unggul. Makanya nanti dibuktikan dengan metode survei dari lembaga survei lain,” imbuhnya.
Sebelumnya, Peneliti Jamparing Research, Topic Offirstson, menegaskan, survei yang selama ini dilakukan Jamparing dilakukan dengan metode yang sama seperti survei-survei yang dilakukan lembaga yang lain, termasuk di tingkat nasional. Bahkan Ia memastikan survei Jamparing dengan responden sebanyak 1.200 menjadi survei luar biasa.
“Sampel yang kami ambil itu 1.200 secara acak bertingkat dari seluruh Kecamatan di Kabupaten Kuningan. Ini menurut kami luar biasa. sampel tiap Kecamatan dan Desa ditentukan secara proporsional dengan mengacu pada jumlah DPT berdasarkan data Pemilu 2019 KPUD Kuningan. Surveyor kami juga melakukan wawancara langsung kepada responden,” ujar Topic.
Topic mengaku tidak akan kaget jika banyak pihak yang tidak setuju dengan hasil survei Jamparing. Padahal, seharusnya Parpol berterima kasih kepada Jamparing atas hasil survei tersebut, sehingga bisa dijadikan acuan untuk perbaikan kedepan bagi Parpol yang elektabilitasnya masih rendah.
“Harusnya hasil survei kami bisa membantu Parpol. Bagi yang masih rendah elektabilitasnya, dari sekarang bisa memperkuat diri sebelum Pemilu. Bagi yang di hasil survei kami tinggi, jangan merasa sudah puas,” ujarnya.