HIJRAH DAN SEMANGAT PERUBAHAN
Oleh :
ASEP KAMALUDIEN, S.IP
( Aktivis Pemuda Muhammadiyah Kuningan )
Bulan Muharram bagi umat Islam dipahami sebagai bulan Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.
Sebenarnya kejadian hijrah Rasulullah tersebut terjadi pada malam tanggal 27 Shafar dan sampai di Yastrib (Madinah) pada tanggal 12 Rabiul awal.
Pemahaman bulan Muharram sebagai bulan Hijrah Nabi karena bulan pertama dalam kalender Qamariyah yang oleh Umar bin Khattab ketika itu beliau sebagai khalifah kedua sesudah Abu Bakar, menjadikan titik awal mula kalender bagi umat Islam dengan diberi nama Tahun Hijriah.
Dalam bahasa Arab, hijrah bisa diartikan sebagai pindah atau migrasi.
Tafsiran hijrah disini diartikan sebagai awal perhitungan kalender Hijriyah, sehingga setiap tanggal 1 Muharam ditetapkan sebagi hari besar Islam.
Itulah sebabnya kota Yastrib dirubah namanya menjadi Al-Madinah yang artinya “kota” atau lebih tenar lagi disebut kota Rasulullah.
Inilah satu nilai yang sangat penting kenapa hijrah dijadikan sebagai titik awal terbitnya fajar baru peradaban umat Islam.
Hijrah akan selalu membuat perubahan, menjadi usaha dan semangat besar yang ingin merubah masyarakat yang beku menjadi manusia yang maju dan modern, sempurna dan bersemangat.
Jadi inti dari pergantian tahun baru Hijriah adalah pada soal perubahan, maka ada baiknya momen pergantian tahun ini dijadikan sebagai kesempatan untuk melakukan perubahan atau pembenahan menjadi lebih baik, dan inilah esensi penting dari peringatan tahun baru Islam (semangat perubahan).
Setidaknya dalam tulisan ini penulis ingin mengulas bahwa ada tiga pesan perubahan dalam menyambut tahun baru Hijriah, yaitu:
1) Hindari kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak bermanfaat di tahun yang lalu untuk tidak diulangi lagi di tahun baru ini.
2) Lakukan amalan-amalan kecil secara istiqamah, dimulai sejak tahun baru ini yang nilai pahalanya luar biasa dimata Allah SWT, seperti membiasakan shalat dhuha, shalat tahajjud, suka sedekah, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, memperkuat silaturahmi dan lain sebagainya.
3) Usahakan dengan niat yang ikhlas karena Allah agar tahun baru ini jauh lebih baik dari tahun kemarin dan membawa banyak manfaat bagi keluarga maupun masyarakat muslim lainnya.
Di sisi yang lain, berbicara tentang perkembangan Islam tentu tidak bisa lepas dari peristiwa hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah.
Dakwah Nabi di Makkah pada saat itu banyak mengalami rintangan berupa tantangan dan ancaman dari kaum musyrikin dan kafir Quraisy.
Selama kurun waktu mencapai duabelas tahun sejak Nabi diutus, dakwah Rasulullah tidak mendapat sambutan menggembirakan, bahkan sebaliknya banyak menghadapi penolakan, teror, pelecehan, hinaan, dan ancaman dari kaum musyrikin dan kafir Quraisy yang dikomandani oleh paman Nabi sendiri, yaitu Abu Lahab.
Karena itu, Rasulullah diperintahkan Allah untuk pindah ( hijrah).
Akhirnya, beliau meninggalkan kota kelahiranya Makkah ber hijrah ke kota Madinah.
Di Madinah, Nabi dan para sahabat Muhajirin mendapat sambutan hangat oleh kaum Anshar (penduduk asli Madinah).
Agama Islam pun mengalami perkembangan amat pesat.
Dalam kurun waktu relatif singkat, hanya sekitar delapan tahun, suara Islam mulai bergema ke seluruh penjuru alam dan Islam pun berkembang meluas ke seluruh pelosok permukaan bumi.
Karena itu tidak mengherankan jika peristiwa hijrah merupakan titik awal bagi perkembangan Islam dan bagi pembentukan masyarakat muslim yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW.
Menurut para pakar sejarah, masyarakat muslim, kaum Muhajirin dan Anshar, yang dibangun Rasulullah di Madinah merupakan contoh masyarakat ideal yang patut ditiru, penuh kasih sayang, saling bahu-membahu dan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan peribadi.
Karena itu, tidak mengherankan jika Khalifah Umar bin Khattab menjadikan peristiwa hijrah sebagai awal perhitungan tahun baru Islam, yang kemudian dikenal dengan tahun baru Hijriah.
Allah berfirman; “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” (Al-Hujrat [49] : 13)
Umat manusia kadang-kadang terjebak kepada sesuatu yang bersifat jangka pendek, dan melupakan sesuatu yang bersifat jangka panjang.
Manusia sering tergesa-gesa dan ingin cepat berhasil apa yang diinginkannya, sehingga tidak sedikit yang menempuh jalan pintas.
Islam menekankan bahwa hidup ini adalah perjuangan dan dalam berjuang pasti banyak tantangan dan rintangan.
Bagi kita umat Islam, sudah tidak relevan lagi ber hijrah berbondong-bondong seperti hijrahnya rasul, mengingat kita sudah bertempat tinggal di negeri yang aman, di negeri yang dijamin kebebasannya untuk beragama dan berekspresi.
Namun kita wajib untuk hijrah dalam makna “hijratun nafsiah” dan “hijratul amaliyah” yaitu perpindahan secara spiritual dan intelektual.
Perpindahan dari kekufuran kepada keimanan, dengan meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah.
Perpindahan dari kebodohan kepada peningkatan ilmu pengetahuan atau sumberdaya manusia (SDM), dengan mendatangi majelis-majelis ta’lim
Perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi, dengan kerja keras dan tawakal.
Pendek kata, niat yang kuat untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan umat sehingga terwujud “rahmatal lil alamin” adalah tugas suci bagi umat Islam, baik secara individual maupun secara kolektif.
Tegak dan terus berkembangnya Islam di muka bumi ini sangat tergantung kepada ada tidaknya semangat hijrah tersebut dari umat Islam itu sendiri untuk terus mendakwah dan memperluas ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia.
Semoga dalam memasuki tahun baru Hijriah 1445 Hijriyah ini, semangat hijrah Rasulullah SAW tetap mengilhami jiwa kita menuju kepada keadaan yang lebih baik dalam segala bidang, sehingga pada gilirannya kita umat Islam diakui sebagai umat yang terbaik, baik agamanya, baik kepribadiannya, baik moralnya, tinggi intelektualnya, serta mampu menyesuaikan diri dengan konteks tempat dan zaman. Semoga…