Siwindumedia.com – Bahasa Sunda dikenal dengan bahasa yang memiliki tutur katanya yang lembut serta bernada mengayun.
Logat Bahasa Sunda disetiap daerah memiliki khasnya masing-masing. Tak hanya itu, kosa katanya pun disetiap sudut tatar siliwangi bisa berbeda padahal masih dalam satu kelompok, yakni bahasa sunda.
Untuk Kuningan sendiri, ada kata-kata yang hanya orang Kuningan yang mengerti. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya kosa kata (leksikon) yang biasa digunakan oleh warga setempat.
Salah satu penyebabnya adalah letak geogfrafis wilayah Kabupaten Kuningan yang berbatasan langsung dengan daerah Priangan Timur di sisi selatan serta Jawa Tengah di wilayah timur. Itu yang kemudian memunculkan percampuran bahasa di Kuningan.
Mengutip jurnal Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2021 berjudul “Perbandingan Bahasa Sunda Wewengkon Kuningan Dengan Bahasa Sunda Lulugu Di Kota Bandung”, Bahasa Sunda Kuningan memiliki kekhasan yang kerap dianggap berbeda dari bahasa Sunda pada umumnya.
Pada penelitian itu, terdapat sejumlah kosa kata khas yang hanya dipunyai oleh masyarakat di Kabupaten Kuningan. Salah satunya kata “Menit” yang artinya adalah pusing.
Dalam Bahasa Sunda pada umumnya, keadaan pusing yang merujuk ke sakit kepala kerap dituturkan dengan kata Rieut atau Lieur.
Selain “Menit”, ada pula istilah “Koret” atau jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia adalah pusing. Kosa kata itu yang kemudian juga tidak didapati di dalam Bahasa Sunda yang umum dituturkan oleh masyarakat di Jawa Barat yakni Medit.
Beda Desa Beda Dialek
Lebih jauh lagi, orang Kuningan ternyata punya ciri khas dan keunikan tersendiri ketimbang masyarakat Sunda di Jawa Barat. Bahkan di sini, beda desa saja logatnya tidak akan serupa.
Menurut Rany Febriani, seorang Filolog Kuningan seperti dikutip dari detik.com, mengatakan kekhasan bahasa Sunda yang dituturkan masyarakat asli Kuningan terletak pada lentong, dialek dan logatnya. Di mana saat berbicara, intonasinya akan terdengar lebih tegas.
“Dibandingkan dengan Sunda Parahyangan jelas berbeda. Kalau dari logat, dialek dan lentong itu orang Sunda pada umumnya halus dan mendayu. Kalau Kuningan lebih tinggi serta tegas,” ujar Rany.
Pendapat tersebut juga dikuatkan oleh penjelasan yang disampaikan Kabid Kebudayaan Disdikbud Kabupaten Kuningan, Emup Muplihudin. Menurutnya, jangankan di satu kabupaten, antar desa di satu kecamatan juga punya keunikan.
Emup mencontohkan, dialek orang Darma, dengan Paru atau Cikupa sangat berbeda. Ciri khasnya terletak pada kecap dan dialek yang dituturkan.
Disamping itu, beberapa kosakata Sunda di Kuningan ada yang berkembang hanya di daerah ini dan terdapat juga kecap yang seringkali punya makna berbeda di daerah lain. Emup menyebut, kekhasan diberi nama Sunda Wewengkon Kuningan.
Misalnya saja kecap seperti gendul, senteung, menit, kemudian teoh, doli, dan ageh, hanya diketahui oleh orang Kuningan dan sekitarnya.
“Definisi Sunda Wewengkon Kuningan itu pertama kecap atau kosakata yang hanya ada dan berkembang di Kuningan. Jadi di daerah lain tidak ada. Kemudian ada kecap yang berkembang di Kuningan dan di daerah lain juga ada. Tapi punya makna berbeda,” jelas Emup.
Tidak hanya itu saja, Kabupaten Kuningan memiliki kecap paneges dan panganteur. Kosakata tersebut memiliki fungsi teramat penting saat orang Kuningan berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
“Persoalan kasar atau tidaknya, tinggal dilihat dari undak-usuknya. Misalnya bagaimana kita berbicara dengan orang yang lebih tua,” papar Emup.
Secara kuantitatif jumlah kecap Sunda Wewengkon Kuningan memiliki sekitar 2.227 kosakata. Mengingat sifat bahasa ini arbiter dan dinamis, maka kemungkinan ada penambahan 17 kecap baru. “Kita akan coba dokumentasikan dalam bentuk kamus di dalam edisi yang ketiga,” ungkapnya.
Berikut ini beberapa kosa kata bahasa sunda Kuningan yang unik:
Ageh: hayu geuwat, burukeun
Doli teuing: paduli teuing/tidak peduli
Enjah, jah: embung/gak mau
Hahajaan: hereuy tapi kacida teuing/keterlaluan
Ilok: mereun/iya kali
Jenuk: loba/banyak
Kaligane: ujug-ujug/tiba-tiba
Mangkara: maenya, piraku/masa, mustahil
Nemen, temen, ujur: naker, pisan/banget
Kagugu: lucu, hayang seuri/lucu, pengen ketawa
Ngayah: loba (pabalatak)/banyak, berceceran
Nyaneh: maneh, anjeun/kamu, anda
Owel: heman, lebar/sayang
Pia-pia: bala-bala
Polongo: belegug
Rubiah: istri, pamajikan
Sangkilang: sanajan
Teoh: handap / bawah
Ula: oray / ular
Bada: hari lebaran
Bika: buka
Otong: ujang/asep
Enok: eneng
Kandi: kamana/kemana
Kuping: peyek
Cakar: sapu nyere/sapu lidi
Cacakar: sasapu make nyer
Urang : Abi/ aya