SiwinduMedia.com – Bupati Kuningan, H Acep Purnama, S.H., M.H, didampingi Sekda Dr. Dian Rachmat Yanuar, MSi, membuka pertunjukan teater dan pameran karya guru yang ditandai dengan pemukulan gong, di Gedung Kesenian Raksawacana, Jumat (8/9/2023).
Sudah kesekian kalinya teATeR SADO menggelar pertunjukan mahakarya. Mulai dari “Bimbang Dewi Rara”, dan kini untuk kedelapan kalinya akan ada pertunjukan Teater berjudul “Kalayudha”.
“Sosok pendiri TeATeR SADO, Aan Sugianto Mas adalah teman saya di SDN 7 Kuningan. Kami lulusan SDN 7 Kuningan, tahun 1970, pernah bekerja kelompok di rumahnya yang kini menjadi tempat teATeR SADO”, kata Bupati Kuningan, H. Acep Purnama.
“Almarhum terus konsisten dengan apa yang sudah dijalaninya, terutama dalam bidang seni. Beliau sangat tekun dan serius, apalagi ketika menggambar. Tahun 1968 beliau pernah mengajak teman-teman se-SD, untuk mengenalkan jambu tanpa biji. Memang sejak dulu, beliau itu banyak teman dan saudara”, ungkap Acep.
Kendati sudah tiada, namun karyanya tidak akan lenyap dimakan usia. Sebagai bentuk konsistensinya pada seni, kini telah ada generasi penerus untuk melestarikan karyanya sebagai sebuah nilai.
“Kalayudha”, sebuah pertunjukan lakon yang sarat makna. “Kalayudha” sendiri terdiri dari dua suku kata yang mempunyai arti, “kala” itu “waktu” dan “yudha” adalah “peperangan”.
Semoga akan mendapatkan hikmah, bagaimana memenangkan peperangan dalam suatu yang bernilai kebaikan. Terutama berperang dengan diri sendiri dan batin. Untuk itulah diperlukan kewaspadaan dan kehati-hatian.
Sekda Kabupaten Kuningan, Dr. Dian Rachmat Yanuar, MSi., menyampaikan terima kasih kepada penyelenggara, para guru, dan untuk para pemain teater.
Kegiatan ini membutuhkan ruang dan waktu. Apalagi pertunjukan teater, perlu latihan dan penjiwaan akan sebuah peran. Namun, kini perjuangan itu akan ada di atas panggung. Untuk itu, mari saksikan “Kalayudha”, salah satu maha karya teATeR SADO.
Pertunjukan teater merupakan sarana yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan penting kepada penonton. Seni pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki potensi dalam menginspirasi dan mengedukasi di balik berbagai lakonnya.
“Dengan lahirnya maha karya seni teATeR SADO, tak lepas dari sosok seniman Aan Sugianto Mas. Kita bisa berkarya, kita bisa menyaksikan karena beliau ada. Semoga karyanya akan menjadi rahmat untuk kemuliaan yang diberikan Allah Swt”, ucap Dian.
Sementara itu, untuk Pameran Karya Guru, menurut Dian, penting bagi para pendidik sebagai ungkapan kreativitas dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman. Karya-karya yang dipamerkan bukan hanya hasil kreativitas, melainkan juga memiliki nilai filosofi yang dapat dijadikan pedoman.
“teATeR SADO lahir pada tahun 1997 dan bermarkas di Jalan Otista, Sawah Waru. Sebelumnya, teater ini adalah teater kampus, namun pada awal tahun 1998 menjadi teater latihan di luar kampus. Almarhum Aan Sugianto Mas lah yang yang mendirikan teATeR SADO ini”, kata Ketua Penyelenggara Edi Supardi.
Untuk menghasilkan karya dalam sebuah teater, diperlukan latihan, pemikiran, penghayatan akan sebuah peran, bukan sebatas pementasan. Dalam teater, dituntut memiliki kerja kolektif, gotong royong dan latihan, tidak bisa diartikan sebagai hal yang sederhana.
Manusia SADO “berproses” agar memiliki sikap di panggung kehidupan yang sesungguhnya, yang akan menjadi nilai budaya luhur yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Buah dari pemikiran dan gagasan Aan Sugianto Mas telah melahirkan mahakarya, antara lain: “Bimbang Dewi Rara”, “Dialog Rama-Rahwana”, “Dedes”, “Ada Mayat Kentut”, “Sandiwara Orang-orang Negeri Dangdut”, “Lelaki Tua dan Ibu Sepuh Ratu Rita”, dan “Barok Tidak Tahu, Sebab Tidak Pernah”.
“Sebagai generasi penerus dari teATeR SADO, D. Ipung Kusmawi membuat sebuah karya Teater “Kalayudha”, untuk pertunjukan mulai tanggal 9 September 2023 sampai 8 Oktober 2023,” katanya.