SiwinduMedia.com – Hadiri acara Ghatering Akademi Easga di Dapur Bayem, jalan Raya Maniskidul, Desa Maniskidul, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan. Ketua Koni Kabupaten Kuningan Muhammad Ridho Sugandha, SH MSi. Banyak memberikan pesan, dan harapannya buat Easga FC.
Tampak hadir pula, Ketua PSSI Askab Kuningan H Udin Kusnaedi, SE MSi, sekaligus pemilik dari Dapur Bayem tempat diselenggarakannya acara tersebut.
Dalam sambutannya, Ketua Koni mengucapkan selamat dan syukur untuk kehadiran Easga FC. Sebagai tim baru, Easga FC akan ikut meramaikan persepakbolaan yang ada di Kabupaten Kuningan.
“Koni saat ini sedang merumuskan dan menetapkan, bahwa yang akan berlaga di ajang Nasional, yang mewakili Kabupaten Kuningan adalah harus asli orang Kuningan,” tegas Ridho.
Di Kuningan banyak sekali club sepak bola, dan saya sedikit tau mengenai permasalahan-permasalahan sepak bola dan olahraga. Jadi manakala ketika Kabupaten Kuningan memanggil pemainnya, jangan sampai untuk tidak mengirimkan untuk mewakili Kabupaten Kuningan.
Klub tidak memberikan izin, dengan berbagai alasan. Sudah umum, untuk para pemain profesional pun ketika ada Olimpiade pasti akan pulang ke Negaranya.
“Pesan saya jangan begitu lah, mau seperti apa pun resiko dan tanggung jawabnya nanti, nama daerah yang lebih utama. Sekaligus hal ini untuk membangkitkan rasa kedaerahan kita,” harap Ridho.
Untuk masalah perkembangan performa pemain, para pelatih untuk pola latihan harus mencakup dari teknis, program fisik, gizi dan termasuk psikis nya juga harus diperhatikan.
Banyak kasus para pemain kita yang sudah bisa dikatakan profesional, ketika diusia 15-21 tahun itu sedang masa-masanya jadi rising star. Tapi ketika memasuki usia 25 tahun, jadi melehoy (lemah, red). Berbeda dengan para pemain diluar, usia 25 tahun itu lagi dimasa-masanya top performa.
“Jiwa sportivitas harus ditanamkan, ketika bertanding tanamkan untuk siap menang dan siap kalah. Untuk menghindari keributan dalam olahraga,” ujarnya.
Soal keributan dalam olahraga, pemicu bukan dari antar pemain saja. Terkadang dari faktor wasit juga, bisa menyulut hal tersebut. Makanya perlu juga diperhatikan kualitas dan kapasitas wasit. Wasit merupakan unsur yang menentukan suatu pertandingan, benar apa enggak, aman apa enggak, rusuh apa engga.
Masih kata Ridho, Koni saat ini dengan alasan apapun, tidak akan menandatangani surat untuk mengeluarkan izin atlit Kuningan bermain diluar Kuningan. Terkecuali di tempat yang baru, dia sudah mendapat jaminan untuk kehidupan atlit yang bersangkutan ke depannya.
“Untuk mendukung atmosfir kompetisi yang berkelanjutan, Koni akan mengusahakan fasilitas olahraga yang dimiliki oleh pemerintah daerah tidak melulu komersil. Dalam hal ini Koni akan memberikan keringanan, untuk cabang-cabang olahraga yang akan mengadakan turnamen,” jelas Ridho.
Koni juga sedang mengusahakan untuk meminta beasiswa, kepada Universitas yang ada di Kuningan. Saya akan minta 5 Orang dalam satu tahun, untuk mendapat beasiswa bagi atlit peraih emas.
Menurut Ridho, hanya itu yang bisa kita lakukan saat ini untuk mengikat atlit yang berprestasi di daerah, untuk bermain diluar daerah atau antisipasi atlit tersebut pindah domisili. Mudah-mudahan Universitasnya mampu dan mau untuk memfasilitasi.
“Saya ucapkan selamat sekali lagi, untuk Easga, untuk bisa berkembang, terus bisa merekrut bibit-bibit baru. Apalagi dengan sistem Easga yang luar biasa, bisa jadi pemain-pemain yang ada di club lain bisa pindah ke sini, termasuk mungkin pemain saya juga, kalau gitu, bisa Bilahitaufik walidayah,” ucap Ridho, disambut tawa hadirin.
Sementara itu H Udin Kusnaedi SE Msi, selaku Ketua PSSI Askab Kuningan sangat mengapresiasi dengan Easga sebagai perusahaan yang peduli dengan persepakbolaan di Kabupaten Kuningan.
Tadi saya mendengar paparan dari Manager, mengenai sistem yang diterapkan di Easga FC. Sangat luar biasa, ini seperti sudah menjadi club sepak bola profesional. Semua fasilitas pemain sudah disediakan oleh club.
“Cuma saya berpesan buat Easga, jangan sampai menerima pemain karena faktor kekeluargaan bukan karena prestasi. Jadikan Easga ini menjadi club yang profesional, yang betul-betul dijadikan tempat pemain-pemain mempunyai kualitas yang bagus,” saran Udin.
Mudah-mudahan ke depannya Easga FC bisa menjadi club yang berkiprah di liga Nasional.
Di Kabupaten Kuningan baru dua club yang masuk liga Nasional, yaitu Pesik dan Gemilang Raya. Dan saat ini Lakemba sedang dalam proses untuk masuk ke liga 3.
Dan yang paling penting adalah adanya kebersamaan, adanya saling support antara pemerintah, perusahaan, dan dunia olahraga.
Ini sebagai komitmen antara pemerintah dan instansi terkait untuk mensupport, karena sekarang sepak bola ini menjadi skala prioritas.
Banyak juga sekarang perusahaan-perusahan yang memiliki tim sepak bola. Mungkin karena Kewajiban, mungkin karena sudah diperintahkan, atau ada suatu kewajiban untuk memberikan perhatian melalui bantuan CSR nya.
“Saya berharap club tidak saja mengurus usia 15 tahun saja, tapi bisa bersaing di regional.
Kami dari jajaran PSSI, InsyaAllah tidak akan mempersulit untuk persyaratan-persyaratan menuju sebagai wadah yang betul-betul diakui oleh PSSI dan Asprov PSSI Pusat,” harap Udin yang juga masih anggota DPRD Kabupaten Kuningan.