Siwindumedia.com – Kalau kamu bertanya ke para mahasiswa soal tempat makan favorit, Warmindo atau Burjo khas Jawa Barat pasti bakal jadi salah satu yang disebutkan. Warmindo menjadi jawaban yang tepat untuk kantong dan perut mahasiswa. Warung tersebut menyediakan menu beragam seperti nasi dan lauk sederhana. Makanan yang paling digemari adalah olahan mi instannya.
Sesuai namanya, Warmindo menyajikan menu-menu khas mi instan. Tapi, bukan sembarang mi instan seperti yang biasa dibuat sendiri di rumah. Menu-menunya juga dikemas dengan nama unik. Misalnya saja Intel Goreng atau Indomie Telur Goreng atau Indomie Tante Rebus yang maksudnya Indomie Tanpa Telur Rebus.
Sebelum kini lebih akrab dikenal dengan sebutan Warmindo, dulu sebutan yang populer adalah Burjo yang merupakan singkatan dari bubur kacang hijau. Maklum, menu utamanya dulu adalah bubur kacang hijau yang digemari masyarakat Indonesia. Di warung makan ini, sebenarnya menunya beragam. Ada nasi dan lauk sederhana, namun yang justru paling digemari adalah olahan mi instannya.
Saking populernya rasa mi instan dari Burjo, banyak orang yang sampai bertanya-tanya atau mencari tahu apa rahasia resep mi instan yang dibuat Aa Burjo (sebutan bagi pemuda yang memasak di Warung Burjo). Nah, sejak saat itulah, sebutan Burjo mulai bergeser jadi Warmindo (Warung makanan Indomie, salah satu merek mi instan ternama di Indonesia).
Dilansir dari laman merdeka.com, Warmindo atau burjo sudah ada sejak 1947. Saat itu Indonesia belum stabil dari sisi apapun, baik itu ekonomi maupun politik. Masyarakat pun dipaksa memutar otak mencari cara agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ide jualan burjo pertama kali datang dari seorang pria asal Kuningan, Jawa Barat, yang dikenal dengan nama Salim. Berawal jualan keliling dari kampung ke kampung, lama-lama burjonya makin laris manis. Sekitar tahun 1950an, Salim bisa bikin warung burjo sendiri di Kuningan.
Hal tersebut bahkan memancing orang buat merantau bikin warung serupa di kota lain. Sekarang nggak heran kan kalau penjualnya kebanyakan orang Sunda, karena burjo pertama berasal dari sana.
Alasan kenapa menunya bubur kacang hijau karena burjo sendiri adalah makanan yang jadi bagian dari tradisi masyarakat Sunda sebagai menu sarapan. Biasanya dihidangkan bersama kudapan manis lain.
Warung burjo lawas dulunya memang cuma menjual menu bubur kacang ijo saja. Tapi, lama kelamaan menunya juga berkembang sesuai selera masyarakat di sekitarnya. Ada yang mulai menjual bubur ayam, kopi, hingga mi instan dan buka sampai 24 jam. Di beberapa daerah, menu bubur kacang ijo juga sudah mulai sepi peminat. Inilah yang kemudian membuat warung burjo berinovasi.
Kini warmindo atau burjo bukan hanya tempat makan murah para mahasiswa. Tempat ini menjadi tempat nongkrong untuk melepas penat atau sekadar bercengkerama dengan teman-teman. Satu hal yang pasti, eksistensi mereka berpengaruh besar pada semangat dan tenaga para anak muda yang menempuh pendidikan.