SiwinduMedia.com – Konsep kesadaran Indonesia merupakan Negara Agraris dan Maritim, yang mana Indonesia adalah salah satu negara yang mengutamakan sektor pertaniannya. Salah satu tulang punggung Indonesia adalah aktivitas pertanian.
Leader e-QuaNik Agri Nusantara Pipin Kusmana Arifin, kepada SiwinduMedia.com, Senin (18/12/2023) menjelaskan bahwa di dunia, negara agraris adalah negara yang memiliki peran penting bagi pemenuhan kebutuhan pangan. Hingga tahun 2021, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sekitar 1,84% dengan kontribusi terhadap perekonomian nasional hingga sebesar 13,28%.
Pada pertengahan tahun 2022, sektor pertanian juga menunjukan pertumbuhan positif 1,37% dan memiliki kontribusi hingga 12,98% terhadap perekonomian nasional (Sumber: Kemenko Perekonomian RI, Agustus 2022).
“Disamping konsep kesadaran tersebut, ada tantangan yang jauh lebih besar dalam merespon perkembangan teknologi dalam berbagai sektor tak terkecuali untuk sektor pertanian/perkebunan yang harus segera di persiapkan,” kata Pipin.
Menurut laporan Google, Temasek dan Bain & Company yang bertajuk e-Conomy SEA 2022, nilai ekonomi digital Asia Tenggara diproyeksikan bisa mencapai US$330 miliar pada 2025. Jumlah ini setara Rp5.049,66 triliun (kurs Rp15.302/US$).
Nilai ekonomi digital tersebut, menurut Pipin mencerminkan proyeksi nilai penjualan kotor barang dan jasa selama periode tertentu alias gross merchandise value (GMV). Sejalan dengan proyeksi tersebut, Ekonomi Digital di Asia Tenggara akan terus menguat, seiring dengan diluncurkannya ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) yang bakal diberlakukan pada 2025.
Dalam upaya menjawab peluncuran ASEAN DEFA masih kata Pipin, Pemerintah Indonesia tengah bersiap menghadapi proyeksi pertumbuhan ekonomi digital melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Peluncuran ASEAN DEFA merupakan kolaborasi antarnegara Asia Tenggara untuk memanfaatkan potensi besar dunia digital, melalui landasan ekonomi digital yang aman dan saling terhubung.
“Apabila DEFA diberlakukan di tahun 2025, ini akan meningkatkan potensi ekonomi digital ASEAN, yang business as usual itu US$1 triliun, tetapi dengan implementasi DEFA meningkat menjadi US$2 triliun di tahun 2030,” jelasnya.
DEFA berupaya memberdayakan dunia usaha dan pemangku kepentingan di seluruh ASEAN melalui percepatan pertumbuhan perdagangan, peningkatan interoperabilitas, penciptaan lingkungan digital yang aman, dan peningkatan partisipasi UMKM.
Serta negara-negara anggota ASEAN juga berkomitmen untuk menciptakan ekosistem digital yang berkelanjutan dan inklusif.
Lebih lanjut Pipin menerangkan, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan upaya untuk mendukung UMKM dan e-commerce. Adapun hingga saat ini yang dilakukan adalah harmonisasi kebijakan termasuk data flow terkait dengan DEFA.
Menurut riset Google, Temasek, dan Bain & Company, ekonomi digital Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sampai 2030. Pada 2022 nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai US$77 miliar. Nilai tersebut diprediksi terus naik dengan compounded annual growth rate (CAGR) 19%, hingga mencapai kisaran US$220 miliar-US$236 miliar pada 2030.
Kendati proyeksinya secara umum baik, Google, Temasek, dan Bain & Company menilai ekonomi digital Asia Tenggara tak akan tumbuh maksimal tanpa adanya inklusi bagi konsumen berpenghasilan rendah dan masyarakat sub-urban.
Dari proyeksi diatas harus diciptakan sebuah ekosistem yang keberlanjutan, pertumbuhan akan sangat bergantung pada tata kelola lingkungan hidup dan sosial yang baik.
“Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa telah meluncurkan 12 Program Gerbang Desa, ini semata pandangan kami adalah untuk mempersiapkan generasi muda desa dalam menyambut tantangan kemajuan teknologi dalam segala aspek, pun demikian yang menjadi Prioritas Program Unggulan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Kuningan khususnya,” paparnya.
Dari semua kesadaran atas tantangan diatas, sekelompok anak-anak muda asal Desa Hantara Kecamatan Hantara Kabupaten Kuningan, yang tergabung dalam Kelompok Petani Muda (Gen-Z Farmer) e-QuaNik Agri Nusantara.
Kelompok Petani Muda yang didirikan atas Lima Dasar Pandangan Hidup, Lima Dasar Tantangan Pasar dan Memegang Empat Pilar Mutu Utama yang dihasilkan.
Kelompok Agribisnis berbasis Agri-Technology, yang berbasis teknologi 4.0 yang menjadi jawaban atas tantangan pasar Ekonomi Digital untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Adapun program unggulan yang menjadi uji coba dan master proyek dari e-QuaNik Agri Nusantara di tahun 2023 adalah “Budidaya Melon Premium menggunakan Teknologi Hidroponik Jepang”,” ungkapnya.
e-QuaNik Agri Nusantara telah berhasil melakukan uji coba pendekatan dan penerapan teknologi tepat guna, yang diambil dan dipelajari dari sistem teknologi hidroponik yang dilakukan para petani modern (smart farming) di Jepang. Sebagai salah satu negara penghasil melon-melon premium terbaik di dunia.
Pemanfaatan lahan sempit/kecil untuk menciptakan produktifitas hasil yang maksimal dan memiliki nilai ekonomi tinggi, biaya produksi yang rendah, serta mudah pelaksanaannya adalah salah satu konsen utama kami dalam memilih teknologi yang kami terapkan dan komoditas apa yang harus kami tanam.
“Sehingga kelak nanti, ilmu yang dimiliki atas hasil riset kami ini akan kami wakaf-kan untuk masyarakat Kuningan khususnya, dalam upaya membantu menciptakan ketahanan pangan berkelanjutan yang menghasilkan economy value dengan output happy life bagi pelakunya,” ujar Pipin.
e-QuaNik Agri Nusantara saat ini sedang mengembangkan penanaman berbagai macam varietas melon premium, di Green house Denaya Fresh, Desa Hantara dengan Sistem Hidroponik Teknologi Jepang.
Diantaranya adalah melon jenis cantaloupe yang berasal dari Italia, melon golden emerald inthanon yang berasal dari Belanda dan Melon Jenis Fujisawa.
“Kenapa kami harus memilih teknologi hidroponik Jepang? Karena setelah kami riset dan uji coba sebelumnya, dengan penggunaan teknologi ini kami bisa mewujudkan apa yang menjadi target sasaran utama kami yaitu pengoptimalan hasil panen dilahan sempit,” ucapnya.
Pipin menjelaskan, mengenai penanaman melon dengan cara konvensional yaitu ditanam di tanah maupun memakai hidroponik konvensional. Pada umumnya, satu pohon melon hanya bisa menghasilkan 1 hingga 2 buah melon saja.
Tapi belajar dari pengalaman, saat mengaplikasikan teknologi yang kami pelajari dari hasil uji coba dan yang lagi kami tanam saat ini. Satu pohon melon bisa menghasilkan 10 buah melon, bahkan sampai 25 buah melon per pohon dengan kualitas ukuran, berat, dan rasa yang sama merata.
“Selain komoditas buah melon, saat ini sedang dalam tahap pengembangan komoditas-komoditas lainnya seperti budidaya cabai hidroponik, tomat cherry hidroponik, dan berbagai macam sayur daun hidroponik,” terang Pipin.
Dari hasil riset ini, Denaya Fresh Greenhouse sudah mulai dikenalkan melalui audiensi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Kuningan, dan seluruh Babinsa Koramil Makodim 0615/SGJ Kuningan.
Hal ini sebagai langkah ikhtiar, dalam menggandeng instansi terkait untuk bersama-sama menciptakan generasi muda Desa di Kuningan yang lebih unggul, produktif dan sehat dalam menyongsong Ekonomi Digital.
“Kami para generasi muda pituin Kuningan yang tergabung dalam e-Quanik Agri Nusantara. Berkomitmen siap mewakafkan ilmu dan kemampuan kami, untuk gerakan membangun Desa dalam upaya menciptakan generasi muda yang bersih, sadar, unggul dan produktif. Menuju kemandirian pangan, serta terwujudnya komoditas unggulan baru dari Kuningan untuk kebanggaan produk lokal Jawa Barat barat,” tegasnya.
Bagi masyarakat Kabupaten Kuningan khususnya, dan para pembaca umumnya yang berminat menimba ilmu tentang e-QuaNik Agri Nusantara. Bisa datang langsung ke Denaya Fresh Greenhouse, Desa Hantara, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, atau bisa menghubungi: Telpon/WhatsApp: +62 821 1689 2117. E-mail: [email protected] Instagram: @denaya_premiummelon
“Semua layanan konsultasi dan bimbingan ilmu gratis, sebagai perwujudan wakaf kami,” pungkas Pipin.