SiwinduMedia.com – Semenjak Covid-19 di ritel modern di Indonesia, pasar premium buah-buahan dan sayuran meningkat 130% – 150%. Setiap bulannya permintaan meningkat terus, perkembangannya bukan karena pandemi Covid-19. Tetapi juga karena masyarakat kian sadar, akan makanan yang bergizi.
“Untuk itu, peluang bisnis sektor buah premium di Indonesia sangat menjanjikan untuk ditekuni. Hal ini terindikasi dari banyaknya toko-toko buah premium, yang dibuka tersebar dibeberapa daerah,” ujar Pipin Leader e-QuaNik Agri Nusantara kepada SiwinduMedia.com, Sabtu (17/2/2024).
Seperti disampaikan diatas, masih kata Pipin bahwa permintaan buah premium, datang dari pasar ritel modern seperti Ranch Market, Farmer Market, Total Buah dan beberapa Pasar Swalayan ternama lainnya. Belum lagi, pasar ekspor juga masih terbuka lebar.
Sayangnya, produsen Indonesia belum mampu memenuhi permintaan buah berkualitas super itu secara konsisten. Akibatnya, berbagai pasar swalayan lebih memilih buah impor.
Buah premium menurut Pipin adalah buah dengan kualitas di atas rata-rata. Buah premium biasanya memiliki ukuran yang sempurna sesuai standarisasi pada ukuran buah tersebut dan rasanya lebih manis dibandingkan buah-buah sejenisnya.
“Selain dari kualitas tersebut, pola penanaman buah premium sangatlah ketat dan teliti, memiliki standard non residu kimia. Baik dari sistem pemupukan, maupun dalam pengendalian hama pada proses penanamannya,” terangnya.
Hal ini sesuai yang tertuang dalam prosedur penanaman yang baik alias good agriculture procedure (GAP), dan prosedur penanganan yang baik alias good handling procedure (GHP), yang mencakup pemupukan, pemeliharaan serta penanganan setelah panen.
Lebih lanjut Pipin menerangkan, merujuk data dari BPS, diketahui bahwa produksi buah-buahan nusantara terus mengalami peningkatan. Pada 2021 mencapai 25,96 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 5,4% dibandingkan produksi 2020 sejumlah 24,63 juta ton.
Namun data tersebut menunjukan perbandingan hasil produksi buah premium di Indonesia masih sangat minim, yakni hanya 5% – 10% dari total produksi buah nasional. Artinya, dari total produksi buah lokal yang mencapai 25,96 juta ton di 2021, hanya 1,3 juta ton – 2,6 juta ton saja yang masuk kategori premium.
Sehingga tidak heran jika buah-buah premium, yang mengisi keranjang-keranjang pajang dan etalase-etalase pajang swalayan, maupun toko-toko buah premium adalah kebanyakan buah-buah Import.
“Dalam fenomena ini, masalah utama yang dihadapi terhadap ketidakmampuan produsen atau para petani di Indonesia dalam memproduksi buah-buah premium. Diantaranya adalah tingkat kesulitan dan keterbatasan sumber daya manusia, dalam proses inovasi pengolahannya, serta biaya investasi awal yang lebih besar dibandingkan dengan proses pengolahan pertanian yang alakadarnya,” tutur Pipin.
Inilah tantangan yang sebetulnya menjadi tanggung-jawab bersama semua pihak terkait yang harus diuraikan. e-QuaNik Agri Nusantara, yang merupakan gerakan para petani muda yang berbasis teknologi di Kabupaten Kuningan ini.
Terus mengembangkan segala inovasinya, baik dari segi riset budidaya tanaman premium yaitu buah-buahan maupun sayuran. Tak hanya riset budidaya, e-QuaNik Agri Nusantara pun berproses inovasi pengembangan Pertanian Pintar (Smart Farming) memanfaatkan kecanggihan teknologi internet untuk membangun Sistem Pertanian Pintar berbasis Internet.
“Sebuah sistem pemanfaatan teknologi yang mengatur secara real time, segala proses dihulu (on farm) dan pendistribusian dihilir (on market).
Insya Alloh di medio 2024 ini, e-QuaNik Agri Nusantara akan me-launching e-QuaNik Smart Farming,” ungkapnya.
Ia berharap di akhir 2024, e-QuaNik Agri Nusantara akan me-launching sistem StartUp-nya untuk mengatur semua proses kemitraan dari hulu hingga hilir. Dengan tujuan memangkas sistem distribusi hasil tani, dari petani langsung ke end user.
Kesuksesan e-QuaNik Agri Nusantara dalam inovasi dan riset budidaya buah premium sudah dibuktikan, dengan Keberhasilan budidaya buah melon premium. Dengan sistem penanaman hidroponik, yang dikembangkan secara mandiri oleh tim riset e-QuaNik Agri Nusantara.
Bahkan jejak kesuksesan dan keberhasilan tersebut, saat ini telah banyak di study tiru oleh para pelaku budidaya pertanian khususnya buah melon dari berbagai daerah.
“Alhamdulillah, selain gerakan wakaf ilmu budidaya ini yang telah kami berikan kepada masyarakat Kabupaten Kuningan. Saat ini permintaan-permintaan seminar, bimbingan teknis dan pelatihan pun, datang dari berbagai daerah diluar Kabupaten Kuningan, bahkan sampe ke luar Provinsi,” ucapnya.
“Ada dari Brebes Jawa Tengah, dari Bandung, Jakarta, Depok, Gresik Jawa Timur. Bahkan yang terjauh saat ini, ada permintaan dari Banjarmasin Kalimantan Selatan.” sambung Pipin.
Teknologi pertanian hasil pengembangan e-QuaNik Agri Nusantara khususnya dalam Budidaya Melon Premium, saat ini mulai diterapkan dan dipakai oleh para pelaku industri pertanian.
Dengan skala produksi besar dengan sistem kemitraan teknologi, diantaranya adalah dipakai oleh Greenhouse Tunas Muda Pasirmanik, Greenhouse Gentra, dan Greenhouse Jiwalu Farm Kabupaten Bandung.
“Kapasitas penanaman skala industri terbesar saat ini ada di Greenhouse Jiwalu Farm Kabupaten Bandung. Ada tiga Greenhouse, dengan kapasitas masing-masing Greenhouse sebanyak 80 Nutribox atau total 240 Nutribox,” jelas Pipin.
“Targetnya sendiri, dari masing-masing Greenhouse bisa menghasilkan sebanyak 1,5 ton. Sehingga harapannya Jiwalu Farm di tahun 2024 ini, mampu memproduksi minimal sebanyak 4,5 ton buah melon premium dari 240 tanaman melon dengan penanaman sistem teknologi e-QuaNik,” imbuhnya.